Isak Perindu

Sebenarnya aku hanya saksi dari kisah ini, potongan kecil dalam cerita mengharukan ini.
Malam ini, luka lama itu kembali terkoyak. Mengundang isak dari si perindu. Delapan tahun bentang jarak peristiwa naas itu terjadi, delapan tahun pula ia berusaha sekuat tenaga untuk menguburnya dalam ingatan. Bukan mengubur dalam-dalam sosok itu, tetapi melupakan setiap detail menyakitkan dalam episode pagi itu. Tapi percuma, semakin kuat usahanya melupakan, semakin kokoh pula ingatan itu menancap..
Masih segar ingatannya, setiap garis wajah lelaki 24 tahun itu.
Delapan tahun lalu..
Pagi itu, wajah lelaki itu sedikit berbeda.. yang biasanya tersenyum ramah, kini dingin kaku dalam balutan jarik panjang bermotif batik cap, berwarna cokelat khas jawa. Puluhan handai taulan membentuk formasi mengerubungi tubuhnya yang terkapar bisu. Menangis dalam serak dan saling berpelukan. Mengusap air mata sembari menguatkan yang lain.
Aku melihatmu, terpatung dipojok ruangan, membangun kesadaran, menatap tak percaya, meyakinkan diri sendiri, menggungat kebenaran berharap apa yang terjadi saat ini hanya bunga tidur. Tapi mengapa begitu sakit? Mengapa sensasinya begitu nyata? mengapa deras air mata bahkan tak mampu kau bendung?
Aku melihatmu tertegun, sedang dalam benakmu setiap memori yang kau lalui bersama lelaki itu terputar berulang bagai kaset tua. Anak yatim yang sudah kau anggap seperti anakmu bahkan sejak kau masih perawan itu memutuskan pergi hari ini. Tapi yang membuatmu terisak, ia bukan pergi meninggalkanmu dalam seminggu, sebulan atau setahun. Tapi menulis kontrak dengan Tuhannya untuk kembali kepada haribaan-Nya. Selamanya, tanpa punya kesempatan menemani sepimu di dunia.
Padahal baru dalam hitungan beberapa jam lalu, kau makan berdampingan dalam remang malam.  
Ah .. Lama kau merenung dan baru sadar. Ajal adalah satu-satunya janji kehidupan yang pasti datangnya. Merenggut yang ringkih, tak pandang yang bugar. Menjemput yang siap, merampas yang tak punya bekal.      

Muhammad Ilham.. tak terasa delapan tahun sudah berlalu, sejak kepergianmu. Dan kami masih sama, Rindu.

(Catatan tanggal 03 Juni 2016)

0 komentar:

Posting Komentar