Mencintai bukan sekedar tentang
seberapa jauh kau mengenal dirinya atau sebanyak apa dia paham tentang dirimu.
Tapi tentang seberapa kuat kunci hatimu dalam mentabir rasa untuknya. Seberapa
rapat kau jaga rasa itu dalam ruang iman-mu, membungkus rapi serat-serat cinta
itu dalam kepasrahan total atas qadar-Nya.
Mencintainya bukan hanya tentang seberapa sering
namanya mucul dalam lamunmu, mengganggu malam panjangmu dan siang-siangmu yang
hampa. Tapi seberapa teguh dirimu mengusir bayangnya dan kembali fokus dengan
masalah yang diderita ummat ini. Masalah yang lebih pantas kau pikirkan
dibanding pikiran-pikiran yang masih masuk ranah haram kau risaukan. 
Mencintainya dengan sepenuh jiwa tidak hanya masalah
sesesak apa dirimu menahan kerinduan padanya lantas menangis tersedu sembari
mengukir cerita sedih itu dalam sembulan-sembulan tinta. Sekali lagi bukan.
Cinta-mu yang sesungguhnya akan bisa ditakar hakiki jika rindu itu kau kirim
dalam baris-baris doa frontal antar kau dan Tuhan-Mu dialtar sepertiga malam
meminta ketetapan hati pada Sang Pemilik Hati, memohon dikuatkan iman dan
dijaga dari perbuatan sia-sia. Berharap penuh cinta itu bisa menjadi peta-mu
menapak ke syurga. 
 Mencintai dan dicintai itu wajar adanya. Sangat manusiawi. Manusia terbaik
setingkat Rasulullah-pun pernah merasakan kecintaan yang sangat mendalam kepada
ummul mu’min Khadijah R.A. Bahkan
setalah maut menjadi pemisah diantara keduanya, cinta itu terus ada terpatri
dalam hati baginda. Membuat humairah
mendengus lantas menggugat kesal. Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga tak luput
dari rasa itu, membisu diam menahan kecintaan pada anak dari pamannya,
memendamnya dalam-dalam. Memasrahkan perasaan itu kepada Sang Pencipta Cinta.
Tapi beliau sangat tepat memilih siapa yang pantas memberi garis kuas untuk
cerita cintanya tersebut. Beliau memilih Tuhan-Nya, Dzat yang tak ada satupun
dari ketetapannya-Nya yang membuat rugi makhluk-Nya. Maka sudah bisa kita baca
bagaimana akhirnya, mereka disatukan dalam satu bingkai indah, pernikahan. 
 Muhasabah,
kuatkan azzam dan lakukan perbaikan diri. Insya Allah, proses tersebut membawa
dirimu berlabuh pada tempat yang seharusnya. Aamiin ..
Mendukungmu Melangit #ToSyar’i  
Aamiin :)
BalasHapusMakasih yaa ... :-D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus