Seperti baru kemarin saat kulintasi
barisan sabat lebat disepanjang jalan ini denganmu. Seperti baru saja usai kita
tertawa lepas meski sesak rasanya kehidupan direnggang nafas kemiskinan.
Seperti baru sedetik berlalu ketika dengan semangat kita bercerita tentang masa
depan yang indah, bercerita tentang ingin jadi seperti apa kita di masa yang
akan datang, lantas berjanji untuk akan bersama, senasib dan sepenanggungan
sampai nafas terakhir berhasil kita hirup.
Kadang ada saat dimana aku benar-benar
ingin kembali kemasa itu, mengecap berbagai kenangan bersamamu dalam riuh
bahagia. Ingatkah? Dulu kita selalu memandang masalah terbesar hanya ketika
lintasan jalan untuk pulang terlalu becek untuk dilalui. Tapi sekarang
benar-benar berbeda. Mungkin karena dulu aku terlalu mendambakan masa dimana
aku bisa tumbuh dan menjadi dewasa. Tetapi menjadi dewasa tidak se-menyenangkan
yang ada dipikiranku dulu. Mata kecilku seperti dipaksa terbelalak untuk dunia
yang terlalu besar.
Perasaan itu muncul lagi senja ini, saat
dunia terasa tertalu riuh meneriakkan hal yang tak ku mengerti, aku merasakan
kerinduan itu lagi. Aku ingin kembali kemasa itu, bersamamu.
Samarinda,
23 April 2016
(Late Post)
0 komentar:
Posting Komentar