Amanah di Negeriku


Persoalan negeri ini adalah bahwa banyak orang yang sebenarnya tidak paham, tapi maju menawarkan diri seolah-olah tahu segalanya.

Maka jangan gusar, jika banyak yang tampil memukau menjanjikan segalanya padahal kalau sudah diangkat, hasil kerjanya minus. Kurang kontribusi bahkan tersangkut korupsi. Mereka itu orang-orang tadi. Sebenernya tidak paham benar duduk perkara, tapi seolah jadi hakim paling bijaksana yang punya solusi paling ampuh dalam menyelesaikan masalah.
Hal ini tidak akan terjadi, kalau ada yang namanya rendah hati dan tidak tamak. Coba sedari awal bilang ‘belum mampu’ atau ‘belum siap’ maka perkara seperti didemo karena dirasa tidak pantas menduduki tahta atau terjerat kasus suap mungkin tidak akan terjadi.  
Dulu, sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam saat pertama kali diangkat menduduki sebuah jabatan respon pertama kalinya adalah kalimah roji’. Karena mereka sadar, hal ini bukan perkara gampang. Melainkan berat minta ampun. Tapi hasilnya? Selama kepemimpinannya warganya terayomi baik, puas dan makmur.
Jaman sekarang beda lagi, dikejar-kejar dengan segala upaya, dan bila sudah dalam digenggaman, sorak-sorai akan digaungkan dari setiap penjuru untuk mengumumkan kemenangannya. Pesta dengan dalih syukuran akan digelar tujuh hari malam. Mengundang penari dan penyanyi terbaik dari kota-kota besar. Tapi saat pertama bertugas, telat datang.
Mungkin banyak orang yang akan berpikir sama saat memabaca tulisan ini, tau apa si penulis ini tentang jadi orang besar. Tugas kuliah saja mungkin banyak dilalaikan. Maka akan saya jawab dengan tegas bahwa apa salah ketika seorang pelanggan memeriksa dan mengomentari hasil selendang pesanannya kepada seorang penjait yang ia percayakan untuk menyelesaikan jaitan tersebut? Benar tidaknya terserah tuan. Saya tidak akan ambil pusing.
Ini murni hanya pendapat, diterima saya syukuri. Di tolak mentah-mentah juga saya tak akan marah. Karena ini negeri bebas, tuan. Tuan punya pendapat, begitu pula saya.


     

0 komentar:

Posting Komentar