(Sebuah Opini)
Karena kalau penampakan luar jadi standar hidup kita. Kita akan mentok disuatu tempat dimana kita akan kerdil oleh banyak hal yang memaksa kita untuk tidak percaya pada diri sendiri.
Kita akan selalu memutuskan berbagai pertimbangan yang seharusnya mudah diputuskan dengan keinginan orang banyak. Berbaju misalnya, ketika kita bisa memilih warna apapun yang kita sukai kita akan di-distorsi oleh pikiran-pikiran seperti “apa orang lain akan suka melihat warna ini?” atau “sesuai dengan trend tidak ya?”
Jadi..
Terkhusus pesan ini saya layangkan kepada wanita-wanita “cantik” diluar sana..
Percayalah, ketika kalian terlalu sibuk memuja alis berbentuk, hitam legam, tebal dan menawan.. Kalian akan tertinggal jauh dengan mereka, para wanita, yang sedang atau memulai untuk sibuk menemukan potensi terdalam mereka.
Kalian akan ditinggalkan jauh dibelakang, dengan seabrek urusan tadi.
Boldly, menjaga penampilan itu harus ya ladies..
But that’s not our priority. Jangan sampai hal-hal penting yang harusnya jadi prioritas malah ditempatkan jauh diurutan kesekian. Kalah sama hal-hal barusan.
Karena apa?
Seberapa tahan sih, cantik wajah kalian? Suatu saat dimasa depan, kecantikan yang kalian puja bakal memutus kontrak dan berkhianat, meninggalkan kalian dengan kerutan dan flek wajah yang sudah tidak penting lagi. Kalah penting dengan kesehatan kalian yang harus diurus.
Banyak kasus saya liat, sesama perempuan terlihat saling support satu sama lain dipermukaan, tapi saling lempar sindiran dibelakang masing-masing hanya karena masalah make-up. It just.. I don’t know, I don’t get it.
Come on, mungkin kalian akan bosan mendengar ini, but I don’t care. Saya orang yang sangat percaya, segala sesuatu punya sisi cantiknya masing-masing. Bukan hanya masalah penampakan luar. Believe me.
Namun entah kenapa, di Indonesia.. yang cantik akan cenderung lebih populer dibanding yang punya ciri khas (diluar urusan penampilan ya..). Yang punya kelebihan dalam penampilan akan dominan menjadi trendsetter dibanding yang menonjol karena prestasi.
Saya kadang muak liat headline berita yang “menjual” berita lewat cara ini, “Penjual warteg cantik..”, “Pegawai Indomart cantik..” bahkan untuk skala yang lebih tinggi seperti yang beberapa waktu lalu ramai jadi perbincangan, “Diplomat Cantik Indonesia ini … ”, seolah-olah kita sengaja difokuskan pada seberapa cantiknya, bukan tentang apa yang dilakukannya.
Meresahkan?
Kalau saya pribadi, iya. Karena hasilnya, ini mengakar dikebudayaan kita. Saat hal-hal berbau penampilan dijadikan tolak ukur untuk bisa tampil lebih.
Padahal kan nggak juga ya.. saya jujur, lebih tertarik menjadikan panutan wanita-wanita sederhana yang fokus pada hal lain yang “berbeda”, dan menurut saya lebih penting.
Saya akan selalu haru, dengan mereka yang jauh merantau kepinggiran Indonesia mengabdi untuk pendidikan. Dan akan menaruh respect lebih untuk mereka, para wanita, yang fokus menjadi panutan dengan jalur berprestasi dan keberanian mereka berpendapat dalam ruang publik.
Oke itu dulu.
Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar