Tidak ada yang
bodoh. Yang ada hanya yang tidak mau belajar.
Tidak
ada yang kurang mampu. Yang ada hanya yang kurang berusaha.
Kebiasaan kita yang harus
di revisi adalah kebiasaan menyalahkan hal-hal yang tak pantas dijadikan kambing
hitam atas ketidakmampuan kita sebagai suatu alasan untuk enggan bergerak maju.
Kita harus mempunyai mental yang terbiasa untuk selalu bisa mengubah kelemahan
kita menjadi kekuatan terbesar untuk bergerak. Bukan sebaliknya. Berusahalah, untuk bisa menjadikan kelemahan terbesar kita sebagai pondasi dasar untuk belajar lebih
keras dan untuk memompa diri untuk menjadi
lebih bisa. Jadi salah besar, jika masih ada tanggapan klasik seperti “Kamu sih
enak, pintar. Aku ini apa coba..” , “Aku ga bisa. Terlalu sulit.” Jangan lagi.
Banyak orang yang membuat
dirinya rendah dengan alasan-alasan tidak bermutu tadi. Nilai anjlok, yang
disalahkan otak yang tidak pintar. Bukan, nilai anda rendah bukan karena hal
tersebut. Sederhana: karena anda kurang belajar. Itu saja. Simple. Teman kalian
yang dapat nilai tinggi itu bukan karena dia terlahir memang ditakdirkan
mendapat nilai tinggi, tapi memang karena mungkin dia berusaha lebih keras dari
anda, dia belajar lebih tekun dari yang anda lakukan.
Satu hal yang saya selalu yakini, bahwa hasil tidak
akan pernah menghianati usaha.
Lantas muncul pertanyaan,
“Teman saya ada yang nyontek, tapi nilainya bagus. Itu kan penghianatan. Pakai
cara salah, tapi bisa dapat nilai tinggi. Lantas bagaimana?” Maka jawaban saya.
Mungkin itu bukan hasil akhirnya, mungkin hasil akhir untuk mereka yang
menggunakan cara seperti itu bukan score, nilai atau rewards berupa angka. Tapi
mungkin baru akan dia rasakan dimasa jauh didepan. Mungkin baru akan terasa saat dia kerja atau bisa jadi baru berdampak saat dia lulus kuliah dan semacamnya. Jangan terlalu sempit memandang bahwa hasil
akhir selalu berupa hal yang terjadi dekat dengan tindakan yang baru saja
dilakukan.
Saya seringkali mangkal sendiri, ketika
teman-teman kadang melontarkan pernyataan sepihak seperti “Ah, kalau kamu sih
nggak usah belajar buat ulangan besok.”, “Tenang aja nis, kamu tidur aja malam
ini. Nggak perlu belajar” “Udah nis.. bisa, bisa” Saya kadang merespon dengan diam.
Tapi dalam hati, saya mengumpat habis-habisan. Anda pikir saya tidak belajar?
Apakah yang anda pahami saya hanya perlu ongkang kaki dan menunggu hasil dengan
tenang. Kalau anda mau tau, kadang saya menggadai waktu istirahat saya untuk
belajar. Saya memenggal waktu santai saya untuk berkutat dengan buku dan materi
yang kadang ingin saya singkirkan. Saya menepikan keinginan saya untuk
menonton, untuk update di media sosial, dan lain hal. Karena saya paham benar,
piihan untuk menjadi ‘bisa’ dalam belajar itu hanya ada dua hal. Kalau tidak
terlahir dengan otak jenius dari gen bawaan, ya kerja keras. Dan saya jelas
bukan golongan pertama. Saya sadar diri. Maka yang saya harus lakukan adalah belajar
dengan tekun, melek-merem seharian untuk paham sebuah materi. Dan anda bilang
saya tidak perlu belajar? Anda salah besar.
0 komentar:
Posting Komentar